Dewasa ini, kejadian pergaulan bebas
yang terjadi di kalangan remaja banyak berasal dari eksploitasi seksual pada
media yang ada di sekeliling kita. Eksploitasi seksual dalam video klip,
majalah, televisi, dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan
aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan memilih tampilan atau
tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu
yang bebas dilakukan oleh siapa, dan dimana saja.
Bahkan tidak sedikit para remaja yang
terjerumus pergaulan bebas lain misalnya narkoba, rokok, dan minum minuman
keras. Dapat diperkirakan setiap harinya lebih dari 2 juta remaja di negara
kita telah mempergunakan rokok maupun narkoba. Oleh karena itu, kami, memilih
tema pergaulan bebas remaja untuk dikaji lebih lanjut sebagai informasi bagi
kaum remaja.
Masalah ini kami buat berdasarkan
sumber-sumber yang jelas dan akurat dengan harapan supaya remaja dapat
mengatasi libidonya sehingga para remaja dapat terhindar dari akibat-akibat
negatif dari pergaulan seperti pergaulan bebas. Dan menghimbau kepada para
remaja untuk tidak salah langkah dalam mengambil keputusan oleh karena
perubahan pola pikir yang terjadi pada dirinya.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pergaulan Bebas
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu
bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati
batas-batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik
di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang
emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah
keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang
bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam
kemajuan bangsa.
Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat
dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya
dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta
perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah
sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di
jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam
masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan.
Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti
harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula
dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan
terus berlangsung selamanya.
2.2 Bentuk-bentuk
Kenakalan Remaja
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan
remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi,
suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan
yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor
tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin (3) kenakalan khusus seperti
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Sedangkan
menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:
a)
perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b)
perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c)
mengganggu teman;
d)
memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak
hormat pada orang tua dan saudara;
e)
menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f)
menonton pornografi; dan
g)
corat-coret tembok sekolah
2.3 Faktor-faktor
penyebab kenakalan remaja.
A. Faktor Internal (Dalam)
a. Reaksi frustasi diri
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang
berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan,
frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.
b. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja
Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat
mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan
pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran
semua.
Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan
yang nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul
interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai
harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.
c. Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja
Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan
adaptasi yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi
upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja
tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai dengan
realita yang ada, maka pikirannya terganggu.
d. Gangguan perasaan pada anak remaja
Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan
sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan
dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua
tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan fungsi
perasaan itu antara lain :
1) Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan
yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.
2) Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus
berganti-ganti dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah,
tidak tenang dan sebagainya.
3) Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh
sejak kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan,
kebaikan dan perhatian.
4) Kecemasan merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang
tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa
dihindari.
B. Faktor Eksternal (Luar)
Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang
dari luar anak tersebut, antara lain :
a. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam
pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang
terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari
keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran
ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk,
suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian
dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit
keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi
faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
Struktur keluarga anak nakal pada umumnya menunjukkan beberapa
kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah sebagai berikut:
1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan
sering membenci dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap
kebutuhan anaknya.
2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewanitaan
dan keibuannya; mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.
3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak
cocok, tidak harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan anak-anaknya,
baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya.
4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak
konsisten, sangat mudah berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen.,
dan tidak bertanggung jawab secara moral.
Beberapa kelemahan di pihak
ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Mereka menolak anak laki-lakinya.
2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di
tengah keluarganya, tidak perduli, dan sewenang-wenang terhadap anak dan
istrinya.
3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi
kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada
anak dan istrinya.
4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan
tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.
5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat
dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak konsisten.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :
1) Rumah tangga berantakan. Bila
rumah tangga terus menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan
akhirnya mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi semua
anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan
anak menjadi sangat bingung, dan merasakan ketidakpastian emosional. Dengan
rasa cemas, marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu.
Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat
tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada
perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.
2) Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang
tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghindarkan
mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti
menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri. Mereka akan selalu
bergantung pada bantuan - orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu;
aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan dirinya
menjadi hilang.
3) Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri
yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Mereka
ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenang-senang sendiri
seperti sebelum kawin. Mereka tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung
jawab selaku orang dewasa dan orang tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap
sebagai beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka. Anak mereka anggap
cuma menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.
4) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku
kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup, senang berjudi, sering
mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok berganja, bertingkah
sewenang-wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota
keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak. Anak jadi
ikut-ikutan kriminal dan a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan begitu
kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup
anak-anaknya.
b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan
Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi
sebagai "sekolah dengar" daripada memberikan kesempatan luas untuk
membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah
tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.
Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus
melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga
mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis.
Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami
frustasi dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh
peraturan yang "tidak adil". Di satu pihak pada dirinya anak ada
dorongan naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat;
tetapi di pihak lain anak dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta
sistem regimentasi dan sistem sekolah-dengar.
Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki dedikasi
pada profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang
profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pengajar hanya berkepentingan dengan
pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali
tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan masalah
mengajar atau mengoperkan informasi belaka.
c. Media elektronik
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak
mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton
tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah
penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa
film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah
laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam
tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang
menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak
kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis
sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi
film-film yang ditontonnya.
d. Pengaruh pergaulan
Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan
teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telefon.
Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/
cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa
mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta
menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai
sosial yang ada di sekelilingnya. Semua faktor ini menjadi penyokong dalam
pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh
pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman
sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka
dengan sadar remaja akan menyeleksi teman pergaulannya.
2.4 Dampak Dari Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem”
(dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak
sekali pemakaian narkoba. Ini identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang
akhirnya berujung kepada HIV/AIDS, dan penyakit lainnya. Dan pastinya setelah
terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala
segi.
2.5 Cara Mengatasi
Kenakalan Remaja
1.Memperbaiki Cara
Pandang
Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan
hidup dalam “kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar
tidak memiliki angan-angan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga
apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan
positif.
2. Menjaga Keseimbangan
Pola Hidup
Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola
waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya
mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan
kegiatan positif.
3.Jujur Pada Diri
Sendiri
Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang
terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaulan bebas tersebut dapat
dihindari. Jadi dengan ini remaja tidak menganiaya emosi dan diri mereka
sendiri.
4.Memperbaiki Cara
Berkomunikasi
Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga
terbina hubungan baik dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap
kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik
dengan orang-orang di sekeliling kita.
5. Perlunya Remaja
Berpikir Untuk Masa Depan
Jarangnya remaja memikirkan masa depan. Seandainya tiap
remaja mampu menanamkan pertanyaan “Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti
jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang lebih baik?”
kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri
para remaja. Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang untuk
melakukan hal-hal menyimpang dan akan berkurangnya jumlah remaja yang terkena
HIV & AIDS nantinya.
6. Menanamkan Nilai
Ketimuran
Kalangan remaja kita kebanyakan sudah tak mengindahkan lagi
akan pentingnya nilai-nilai ketimuran. Tentu saja nilai ketimuran ini selalu
berkaitan dengan nilai Keislaman yang juga membentuk akar budaya ketimuran.
Nilai yang bersumberkan pada ajaran spiritualitas agama ini perlu dipegang.
Termasuk meningkatkan derajat keimanan dan moralitas pemeluknya. Dengan
dipegangnya nilai-nilai ini, harapannya mereka khususnya kalangan muda akan
berpikir seribu kali untuk terjun ke pergaulan bebas.
7.Banyak Beraktivitas
Secara Positif
Cara ini menurut berbagai penelitian sangat efektif
dijalankan. Pergaulan bebas, biasanya dilakukan oleh kalangan muda yang banyak
waktu longgar, banyak waktu bermain, bermalam minggu. Nah, untuk mengantisipasi
hal tersebut, mengalihkan waktu untuk kegiatan lewat hal-hal positif perlu
terus dikembangkan. Misalnya dengan melibatkan anak muda dalam
organisasi-organisasi sosial, menekuni hobinya dan mengembangkannya menjadi
lahan bisnis yang menghasilkan, maupun mengikuti acara-acara kreatifitas
anak-anak muda. Dengan demikian, waktu mudanya akan tercurahkan untuk hal-hal
positif dan sedikit waktu untuk memikirkan hal-hal negatif seperti pergaulan
bebas tersebut.
8. Sosialisasi Bahaya
Pergaulan Bebas
Dikalangan muda, pergaulan bebas sering dilakukan karena bisa
jadi mereka tidak tahu akibat yang ditimbulkannya. Seperti misalnya penyakit
kelamin yang mematikan. Nah, sosialisasi hal ini. Informasi-informasi mengenai
bahaya yang ditimbulkan akibat pergaulan bebas ini perlu terus disebarkan di
kalangan muda. Harapannya, mereka juga punya informasi sebagai bahan
pertimbangan akal sehatnya. Jika informasi tersebut belum didapatkan ada
kemungkinan mereka akan terus melakukan pergaulan bebas semau mereka. Tapi,
kalau informasi sudah didapatkan tapi mereka tetap nekad melakukan itu
persoalan lain lagi. Sepertinya perlu
ada penanganan khusus, apalagi yang sudah terang-terangan bangga melakukan
pergaulan bebas.
9.Menegakkan Aturan
Hukum
Bagi yang bangga tersebut, tak ada hal lain yang bisa
menghentikan selain adanya perangkat hukum dan aturan hukum yang bisa
menjeratnya. Setidaknya sebagai efek jera. Yang demikian harus dirumuskan
dan dilaksanakan melalui hokum yang
berlaku di negara kita. Langkah ini sebagai benteng terakhir untuk
menyelamatkan anak-anak muda dari amoralitas karena perilaku pergaulannbebas
yang lambat laun otomatis akan merusak bangsa ini.
10. Munakahat
Munakahat atau menikah. Cara ini efektif sekali. Inilah yang
ditawarkan oleh Islam sebagai salah satu solusi atas pergaulan bebas. Itulah
beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi adanya pergaulan bebas
khususnya di kalangan remaja.
3.1 Kesimpulan
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari
makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu
pergaulan (interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus
dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan,
apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum,
norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis
kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan
norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti
saat ini.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat
menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan
agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta
orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya,
memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab
itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali.
Usaha untuk pencegahan sudah semestinya terus dilakukan untuk
menyelamatkan generasi muda kita. Agar lebih bermoral, agar lebih bisa
diandalkan untuk kebaikan negara ke depan.
3.2 Saran
1.Bagi Orang Tua
Sebaiknya
orang tua lebih memperhatikan anaknya. Serta memberi pengarahan tentang cara bergaul.
Orang tua harus bisa menjadi teman, agar anak dapat terbuka dan anak dapat
menjadikan orang tua sebagai seorang sahabat terpercaya.
2.Para Pendidik (Guru)
Memberi
gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan tentang salah pergaulan yang timbul
diantara remaja. Oleh sebab itu konsultasi dan penyuluhan tentang pergaulan
yang baik dan benar sangat diperlukan, dan kegiatan ini dapat berjalan dengan
bantuan seorang guru.
3.Para Remaja
Yang
terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai
remaja yang baik dan benar sesuai tuntutan dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Agar kita dapat menjadi remaja yang baik dan agar kita bisa
menciptakan Negara dan bangsa yang sukses.
4.Bagi Masyarakat Umum
Bagi
masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi guna pencegahannya. Apabila
melihat hal-hal yang tidak wajar yang dilakukan oleh para remaja segera
laporkan ke penegak hukum setempat agar diberi penyuluhan dan pengarahan.
NT : Ini cuma kumpulan yg udah disatuin aja yah (bukan murni buatan sendiri)... Makasih ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar